Saturday 7 November 2009

Syair kehilangan.

Teruntukmu temanku,

_Dalam persahabatan. Engkaulah satu hati teman dari diantara para mereka para hati temanku yang lain pengisi masa haus hatiku akan sebuah ilmu pengetahuan hidup dan kesenangan-kesenangan masa gemuruh golakan darah muda yang kini telah terkenang penuh warna-warni cerita. Engkaulah satu hati yang secara tak langsung menghibahkan padaku sebuah jawaban tentang misterinya sebuah hati di sekaummu selayaknya dirimu dengan segenap tabiat diammu.

_Dimasa putih abu-abuku. Engkau laksana sebuah petuah orang tua kepada anaknya. Tercipta dari rasa kasih sayang dan cinta kasih yang luhur tuk mengangkat-besarkan hati dalam beratnya sebuah jalan pendewasaan. Dan aku adalah anak itu. Anak asuhan acuh bermaknamu. Anak didikan senyum manismu. Anak manja yang selalu kau panggil si bungsu itu. Ingatkah kau kini, temanku, tentangku disatu masa itu disana? Dimasa indah penuh sukacita itu. Tiga tahun kita bersama di satu ruang penuh putih abu-abu. Berpadu bersama para mereka teman sukacita serta dukacita kita. Engkau dan mereka bagiku telah kuanggap seperti saudaraku. Seorang kakak bagiku yang selalu kurindukan semenjak aku masih jadi penetap tubuh sang bunda ataupun semenjak sekantung jantung ini belum terbentuk sekalipun. Dan makna kalian nyaris membuat kerinduanku tersebut menemui batas sebuah puncak kepuasan rasa balas rindu.

_Dimasa hari-hariku yang penuh kerja. Engkau laksana sebuah air hujan di dalam musim kemarau. Sukar tuk benar kuketemukan hadirmu. Satu tuju tuk basahi keriduan ini akan masa putih abu-abu itu yang tengah dilanda angin-angin penebaran kekeringan.

_Dimasa hari-hariku didunia maya. Engkau laksana bunda rasa dalam hatiku. Kau kucari tak pernah kudapati. Kau kurindu hilang dalam pangkuan percayaku. Kau kunanti tak lagi dapati abdian udara kini, semenjak dua tahun lalu. Kau tinggalkan kami di dalam lorong riak keramaian sang kerinduan diri yang kini kian tak jua akan tiba benar-benar bertepi. Dan di dalam dunia maya ini. Di sebuah kumpulan halaman-halaman muka itu. Ketika jari-jemari ini mencari dimanamu. Apakah engkau yang telah membisikiku tuk selalu menuliskan namamu dikotak pencarian teman itu? Apakah engkau juga yang telah menghadirkan masa indah kita itu kedalam kepalaku ketika aku berdiri di atas dunia maya ini? Hanya dengan maksud ingin memberi tahuku bahwa usahaku tersebut sia-sia? Karna kebenarannya kau memang telah tiada di dunia nyata itu ataupun di dunia maya ini!

Aku sedih, teman, aku menangis. Sakitlah hati ini dibuatnya. Dukalah yang kini kurasakan. Aku ngilu tuk terima semua ini. Aku....

_Ya Allah, senangkan dia disana dengan kebahagiaan teratas yang Engkau miliki, sebagaimana ia pernah menyenangkanku dimasa kemarin jauh ditahun-tahun dibelakang disana! Dan biarkanlah langkah kakinya mudah masuki gerbang surgaMu! Dan tempatkanlah ia disisiMu dengan segala kenyamanannya! Dan asuhlah ia satu keturunannya yang telah ditinggalkannya di dunia tuk Engkau bimbing dibawah naungan namaMu! Dan kini kutuklah aku dengan kutukan-kutukan terbaikMu tuk aku yang kini tengah rapuh. Yang tengah kehilangan. Yang tengah tenggelam dalam telaga air mata. Yang tak bisa berontak terhadap takdirMu.

_Mira teman masa mudaku, damai serta tenang dan berbahagialah engkau di dunia keabadian sana, doaku bersamamu....

Jm’sh,

Si Bungsu.

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentarnya disini.

JMSH On Facebook.