Semua hal
mengenai tulis-menulis didapatnya dengan otodidak. Ia bukan lah anak Fakultas
Sastra di Universitas mana pun didunia ini. Karna ia tidak pernah merasakan apa
itu bangku kuliah. Karna selepas lulus sekolah ia langsung terjun ke dunia
kerja. Ia pernah tercatat sebagai Operator permainan selama 5 (lima) tahun di
salah satu tempat hiburan di kawasan elite Sentul City. Ia juga pernah tercatat
sebagai Karyawan borongan ± hampir 1 (satu) tahun di PT. Teknosat dimana tempat
itu juga adalah tempat Ayahnya bekerja. Ia juga pernah bekerja di salah satu
toko Foto Copy Digital di sekitar lingkungan UnPak (Universitas Pakuan). Dan sampai saat ini ia masih tercatat sebagai
pekerja di salah satu Percetakan yang ada dikota kelahirannya tersebut.
Pada tahun 2007,
ia memutuskan untuk keluar dari tempat bekerjanya di salah satu tempat hiburan
di Sentul City tersebut. Diam-diam, selama 5 tahun ia berkerja di tempat
tersebut, sambilan, ia mengumpulkan materi untuk membuat sebuah novel. Maka jadi
lah sebuah naskah novel yang berjudul “Peri di Seberang Bukit Pelangi”. Dan
selama proses pembuatan naskah itu ia pun sembari membuat naskah-naskah yang
lain; “Bantulah Aku”, “Biru Hitam” dan “Badut
Gila Berkata Cinta”. Khususnya Novel Biru Hitam, pernah ia cetak dan
pasarkan sendiri dengan bantuan salah-satu kerabatnya. Respon dari para pembaca
pun 99% sangat amat baik. Banyak yang memuji karyanya tersebut.
Tahu kah kalian?
Yang paling mencengangkan darinya bagi orang-orang terdekatnya. Sejatinya, dari
keempat naskah itu, semua naskah itu rampung dalam kurun waktu tidak lebih juga
tidak kurang dari seminggu lamanya. Ketika ditanyai oleh salah satu kerabatnya
kenapa bisa secepat itu? Pria yang menikahi seorang perempuan cantik bernama
Anita Risma I. yang lebih akrab dikenal di dunia Google dengan nama pena “Anita Riesma ARIAH” pada tanggal 07
April 2013 ini pun menjawab; “apa sih yang nggak bisa di dunia ini, apa coba?
Semua pasti bisa, kalau Tuhan bantu! Lagian Gue nulisnya gak pakai ilmu sastra
bahasa, tapi pakai hati. Makanya sastra Gue bukan sastra kayak mereka! Tapi Gue
bilang sastra Gue itu,....sastra hati...”
Tahun 2008. Ia
terjun ke dunia maya. Baginya dunia maya adalah rumah kedua bagi karya-karyanya
setelah sebelumnya yang pertama adalah helaian-helaian kertas. Awal
kemunculanya di dunia sana ia memakai nama Jiwa
Malam Syarif Hermawan. Namun ia singkat menjadi JMSH. Namun spekulasi tanda
tanya mengenai namanya itu terjadi dikalangan para pengagum tulisan-tulisannya
yang berada di akun-akun jejaring sosial, blog, wapsite, website, ataupun
wapblog miliknya tersebut. Macam-macam mereka memanjangkan namanya tersebut.
Hingga suatu hari melalui email pribadinya, ada sekumpulan orang yang mengaggumi
karya-karyanya, yang menamai diri mereka adalah JMers. Memanjangkan nama JMSH menjadi Jyotis Mahogra Syarif Hermawan. Dimana Jyotis Mahogra adalah
berasal dari bahasa sangsakerta yang bisa disimpulkan artinya adalah Cahaya
terang benerang yang sangat kuat.
Biografi ini ditulis oleh : Kusmiar Angriani.
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentarnya disini.