Saturday 7 July 2012

Siti Nurbaya Modern (SiNuMo)

Tangis sayang terpaku diantara sakit penyesalannya. Sesal telah melepas kasih yang begitu sejati baginya. Cantik. Semakin merasa ia tahu ia indah dimata dunia, maka semakin tinggilah ia menancapkan mimpi dan keinginan-inginan duniawinya. Begitulah ia menuliskan cerita hidupnya dengan tangannya sendiri.
Tak pernah ia benar lihat ia yang dikasihinya. Perasaanya. Kasih Sayangnya. Ia tukar sejati dan setia kekasihnya hanya demi mimpi semu dunianya.
Lebih sakit, ia suguhkan alasan restu orang tua demi tutupi hitam kenyataannya. Sungguh hancur hati kekasihnya itu. Siapa yg takkan terenyuh mata siapapun ketika tahu lelaki itu disakiti si Siti Nurbaya Modern itu hanya demi matrealistis gaya hidup hatinya. Seberapa besar pun cinta wanita itu, tak dapat padamkan mimpinya itu. Sedangkan Lelaki itu setia tulus diatas kesakitannya. Tak ada daya menahan perih. Kini ia duduk disudut takdir itu. Mendekap lututnya sendiri. Menatap kosong harap dan mimpinya yang telah jadi abu.
Dimana salahku, Tuhan? Dimana pantasnya aku disakiti seperti ini? Dimana hati ia yg kucintai yang telah berubah kini? Inikah tekanan dari sang kemiskinan dunia? Atau kemiskinan hatinya?
Dimana kini aku harus bersandar tahan dan sembunyikan perih ini? Dimana hatinya kini berada, tuhan? Hanya itu yang selalu digumamkan lelaki itu ditiap malamnya. Hingga kini. Hingga terlihat mata kini ia tengah mengebumikan hatinya. Hingga mati hati.

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentarnya disini.

JMSH On Facebook.